Berita Kepada Kawan, In Memoriam Wartawati Peliput Kepolisian Terhebat Di Negeri Ini, Santhy Sibarani

Oleh: MEGA SIMARMATA

Di level dunia, wartawati yang saya kagumi hanya satu orang yaitu Oriana Falaci, wartawati legendaris kelahiran Italia tanggal 29 Juni 1929. Ia wafat tanggal tanggal 15 September 2006.

Di Indonesia, wartawati yang saya kagumi dan luar biasa saya hormati adalah Almarhum Thress Nio, wartawati Harian Kompas, dan Almarhum Santhy Sibarani, wartawati Harian Media Indonesia, yang wafat bulan Desember 2014.

Khusus Santhy Sibarani, ia sahabat saya.

Tak cuma sahabat, ia guru saya, yang mengajari tentang apa dan bagaimana meliput di Kepolisian saat pertama kali saya mulai meliput di Polri pada bulan Juni 2005.

Santhy, yang sejak awal menjadi teman saya.

Ia wartawati senior yang ketika itu saja sudah puluhan tahun meliput di Polri.

Maka kalau ada Santhy di sebelah saya, ibarat sedang bersama kamus berjalan.

Ia tahu dan ia hapal semua pejabat Polri.

Ia tahu semua isu apapun yang sedang mengemuka tentang kepolisian.

Ia mengajarkan pada saya tentang pentingnya seorang jurnalis pintar membawakan diri, dalam arti berani karena benar dan teguh menjunjung tinggi kebenaran.

Ia mengajarkan pada saya agar jangan pernah takut pada semua bentuk teror, tekanan dan kejahatan apapun jika tulisan yang kami hadirkan membuka dan membongkar borok dan aib teramat busuk yang sarat dengan pelanggaran hukum didalamnya.

Ketika saat ini saya merindukan sosok Santhy, guru dan kawan baik saya ini, yang saya bayangkan adalah apa yang ia ulas dan apa yang akan ia katakan tentang Polri saat ini.

Ia wafat di penghujung tahun 2014 yaitu di bulan Desember 2014.

Saya menyesali satu hal hingga saat ini yaitu tak membalas sms terakhir yang dikirimkannya hanya dua hari sebelum kematiannya.

Saya tak membalas sms itu karena dua minggu sebelum itu, saya memberitahunya lewat sms bahwa kami diundang meliput ke Batam oleh Kapolda Kepri saat itu yang merupakan sahabat kami berdua, Brigjen Arman Depari.

Saya tidak mau meliput sendirian ke sana, jika tidak bersama Santhy.

Ternyata Santhy sedang sakit saat mengabarinya bahwa kami diundang meliput ke Batam oleh Brigjen Arman Depari.

Dua minggu setelah itu, Santhy mengirim sms pada saya.

“Meg, maaf gue gak balas sms lu. Gue sakit Meg. Jangan marah ya. Kapan ketemu?

Saya tidak membalas sms ini.

Dua hari kemudian, saya mendapat kabar ia meninggal dunia.

Lewat percakapan telepon saat Brigjen Arman Depari menelepon saya, ia menghibur hati saya. Karena Arman tahu, seberapa dekat dan seberapa berartinya Santhy Sibarani bagi saya sebagai seorang kakak dan sahabat.

Delapan tahun sudah berlalu, Santhy, guru dan sahabat baik saya ini, tetap ada di hati saya.

Saya yakin, ia sudah di surga.

Dan saya ingin menyapanya :

“Apa kabar Mbak Santhy? Sosok elu, tidak tergantikan sampai sekarang. Banyak cerita Mbak, teramat banyak.

Balai wartawan tempat kita dulu tiap hari ketemu, udah gak ada. Dan pandemi covid, membuat semua wartawan tidak liputan seperti biasa.

Kabar Polri?

Polri semakin baik dan semakin profesional.

Mungkin nanti Oktober, gue mulai ke lapangan Mbak.

Oh ya. Pasti elu ingat sama orang satu ini Mbak.

Seseorang yang pernah menjadi tersangka satu kasus dugaan korupsi, masih terus asyik membully dan memainkan pelonco demi pelonco di balik layar.

Gagal dilantik jadi orang orang nomor satu, membuat doi jadi bak monster yang licik, busuk dan menjijikkan.

Kerjanya hanya kasak kusuk kasak kusuk, untuk terus mendalangi bagaimana merusak “rumah” tempat doi dulu dibesarkan dan mengabdi.

Jijik Mbak, jijik luar biasa, siapa saja yang melihat apa saja yang sudah dan sedang terus doi lakukan, pasti akan merasa sangat jijik.

Disana sini yang terus mau doi lakukan hanya merusak dan mau menjatuhkan orang dari jabatannya.

Serasa jadi manusia paling jago di negara ini.

Dan sekarang, dia lagi asyik meminjam mulut orang untuk menghujat dan meminjam tangan orang untuk memukul.

Cuma gara gara sewot, ada satu pos satu jabatan yang tidak bisa dia serobot untuk di isi orangnya.

Dia lagi seperti mabok tuak yang habis nonton film bokep, lalu mengimajinasikan ada begini dan begitu sesuai alam fantasinya meniru kelakuannya mindik mindik mojok pacaran di Gunung Putri naik mobil VW kodok terbaru kesukaan kekasihnya.

Ibarat pementasan seni, dia sok sedang mau menyutradarai sebuah lakon tentang fitnah yang memakai rumus muka tebal.

Menghancurkan jabatan, rumah tangga dan hidup orang, jadi hobinya sekarang Mbak.

Maka benar kata Ebiet G Ade dalam lagunya, banyak Mbak, banyak cerita, yang sebenarnya ingin gue sampaikan ke elu.

Misalnya kita sambil makan di Restoran Perancis kesukaan kita, atau sambil makan di Menara Pisa sebelah Gereja Theresia kesukaan kita, cerita gue gak akan habis habis.

Requiescat In Pace, Mbak Shanty Sibarani.

Airmata ini deras mengalir, karena tidak akan pernah bisa tertutupi rasa rindu kawan baik yang sudah mendahului pergi.

Gue pegang terus dan gue lakukan, apa yang elu ajarkan Mbak :

“Seorang wartawan harus tetap berani karena benar dan teguh menjunjung tinggi kebenaran”.

 

Almarhum Shanty Sibarani, wartawan Media Indonesia, yang wafat tanggal 26 Desember 2014

 

 

 

 

Doakan gue dari surga, Mbak Santhy.

Missing you with all my heart, My Dear Friend. 

Gue tutup tulisan ini dengan satu lagu yang gue persembahkan untuk elu Mbak Santhy Sibarani :

BERITA KEPADA KAWAN – EBIET G ADE

Perjalanan ini trasa sangat menyedihkan
Sayang engkau tak duduk disampingku kawan

Banyak cerita yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan

Tubuhku terguncang dihempas batu jalanan
Hati tergetar menampak kering rerumputan

Perjalanan ini pun seperti jadi saksi
Gembala kecil menangis sedih

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya di laut kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak kepada matahari

Tetapi semua diam tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit

Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang

Kawan coba dengar apa jawabnya
Ketika ia kutanya mengapa
Bapak ibunya tlah lama mati
Ditelan bencana tanah ini

Sesampainya di laut kukabarkan semuanya
Kepada karang kepada ombak kepada matahari

Tetapi semua diam tetapi semua bisu
Tinggal aku sendiri terpaku menatap langit

Barangkali di sana ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang

 

 

MS